Berawal dari Notifikasi Instagram EZ!

Finally! EZ kembali hadir untuk kita semua. Masa Pandemi Covid adalah kejadian yang tidak pernah kita pikirkan sebelumnya.  Pandemi Covid menjadi alasan EZ mengalami hiatus selama kurang lebih dua tahun. Kita semua menyadari bahwa masa Pandemi bukan sesuatu yang kita inginkan terjadi dalam hidup tapi anehnya masa masa itu justru mengajarkan banyak hal kepada kita, salah satunya adalah menjadikan kita semakin sadar bahwa bertemu dengan teman, berdiskusi, belajar dan bermain bersama secara langsung adalah hal yang tidak hanya kita inginkan tapi juga kita butuhkan. Karena itu EZ rindu hadir kembali seperti sedia kala, bertemu, berdiskusi dan belajar bersama.

Warisan Membaca

Warisan membaca untuk masyarakat sehat dan berkembang

“Kak, kami boleh baca buku gak sekarang?”  tiga anak dengan mata berbinar-binar bertanya pada kami.

Di pos pelayanan sosial Yayasan Pendar Pagi-Kalianyar, kami memang memiliki beberapa koleksi buku anak, sumbangan dari berbagai donatur. Buku-buku yang berwarna-warni itu serasa memanggil anak-anak untuk mengintip dan melihat lembaran-lembarannya. Kejadian serupa terulang beberapa kali dan kami pun sadar bahwa buku menarik yang berbobot merupakan kebutuhan bagi anak-anak sekitar.

Ironisnya, anak-anak yang kami layani tinggal di kota besar namun tetap memiliki kesulitan akses ke buku-buku berkualitas. Penyebab terbesarnya karena kurangnya kesadaran akan pentingnya membaca. Bagi orang tua, pendidikan berarti pergi ke sekolah atau kursus (les) dan mendapat nilai bagus. Terkadang makanan dan kebutuhan alat sekolah dirasa lebih penting bagi mereka. Hal ini dapat dimaklumi, khususnya jika orang tua mereka tergolong kurang mampu. Namun ada kalanya juga tontonan televisi dan games online menjadi penyebab berkurangnya minat baca.

Jika masyarakat yang sehat dan berkembang menjadi visi kami, bukankah dibutuhkan sumber daya manusia kreatif dan berwawasan tinggi?

Dan siapa lagi yang dapat melakukannya dengan lebih baik selain lembaran-lembaran buku berwarna-warni berisi pengetahuan kaya inspirasi ini?

Pucuk dicinta ulam tiba, ada donatur yang mau menyumbangkan sejumlah besar buku layak pakai, yang dulu dimiliki anak-anak mereka. Dengan gembira kami mengumumkan pada anak-anak bahwa mereka akan segera memiliki sebuah perpustakaan.

Kini, dua kali seminggu anak-anak dapat bersukacita melahap buku-buku berkualitas sumbangan beberapa donator yang baik hati.  Pada hari Senin di halaman terbuka dan Selasa di dalam ruangan.

Pernah suatu saat datang seorang ibu muda yang tengah menyuapi anaknya. Tertarik dengan keramaian, ia membawa anaknya masuk dan mulai membuka beberapa buku parenting dan buku resep. Tidak berapa lama kemudian suaminya datang dan rupanya suaminya adalah penjual koran, segera kami menawarkan buku wirausaha yang kemudian dibacanya penuh ketertarikan. Anaknya yang berusia sekitar 2 tahun juga asyik membolak-balik beberapa buku anak sambil disuapi. Saat hendak pulang, ibu itu berkata bahwa anaknya lebih cepat makannya hari ini, rupanya anak itu menikmati makan sambil membaca.

Pernah juga suatu saat kami bertanya pada salah seorang anak berusia 11 tahun, pelanggan tetap dan pembaca yang bersemangat di perpustakaan ini.

“Kamu senang gak ada perpustakaan?” “Senang banget Kak!” jawabnya.

“Kenapa?” tanya kami lagi. “Soalnya bisa dapat banyak pengetahuan, kadang-kadang apa yang kubaca ada yang keluar di soal ulangan sekolah.”

Kedua kisah ini terdengar sederhana, namun sangat membesarkan hati kami. Kami berharap ada lebih banyak anak dan keluarga di Indonesia dapat menyadari betapa kayanya dunia mereka ditemani buku-buku berkualitas dan meneruskan warisan membaca itu pada anak cucu mereka.

 

Reading Legacy

A reading legacy for a healthy, flourishing community

Kak, can we read books now?” asked the three bright-eyed children.

Yayasan Pendar Pagi’s Kalianyar community center houses several collections of books provided by donors. The colourful books invite children take a peek and look through their pages. Seeing this happen again and again, we realize how attractive, quality books are needed by neighbourhood children.

Ironically, the children we serve live in a large city but have difficulty accessing quality books. The main reason for this is lack of awareness of the importance of reading. For parents, education is going to school or extra lessons and getting good marks. Often food and school supplies are felt to be more important than reading. This is understandable, especially for low income parents. Yet sometimes television and online games also contribute to the declining interest in reading.

YPP’s vision is for healthy, flourishing communities,  and this calls for people who are creative and well informed. What better to set children on the right path than exploring pages of brightly coloured books filled with knowledge, rich in inspiration?

Beyond all expectations, friends of YPP contributed large quantities of books in good condition, which had once belonged to their own children. Happily we were able to announce to the local kids that they would soon have their own library.

Now, twice a week the children can feast on good quality books provided by these generous donors, in an open area on Mondays and inside on Tuesdays.

One day a young mother came by, spoon feeding her two-year old daughter. Attracted by the bustle inside, she brought the child in and began reading parenting and recipe books. Soon she was followed by her husband, a newspaper seller, who read with great interest a book we gave him about entrepreneurship. In the meantime, their daughter ran back and forth to his mother for spoonfuls of food while looking with fascination at several books. The food disappeared quickly that day, said his mother!

We asked one of the regular patrons of the library, an 11 year old child, “Do you like having the library?”

“I love it!”

“Why?”

“Here I can learn so many things. And sometimes what I read shows up in my school exams!”

Two simple but encouraging stories. We hope that more and more Indonesian children and families realize how their world can be enriched with access to quality books – and that they pass on these riches all the way to their grandchildren.

Dunia Buram Menjadi Terang Dan Jelas

Bakti sosial pemeriksaan mata anak-anak oleh YPP dan PT Essilor

Dunia itu buram. Setidaknya demikianlah 150-an anak Kalianyar memandangnya. Bagi mereka, dunia tampak tidak jelas karena mata mereka perlu menggunakan alat bantu. Atas latar belakang ini, maka pada tanggal 12 Mei 2017, Yayasan Pendar Pagi bekerja sama dengan Kelurahan Kalianyar dan Essilor melakukan kegiatan bakti sosial “Mata Bersinar” bagi anak-anak di Kalianyar. Ada 230 anak mengikuti pemeriksaan mata dan 158 di antaranya mendapatkan kacamata gratis.

“Iya, anak ini kalau nonton TV pasti dekat” demikian ujar seorang ibu yang menemani anaknya memeriksa mata.

“Sudah pernah pakai kacamata, belum?”tanya salah seorang tim Yayasan.

“Belum, kemarin itu ada uang, tapi dibeliin tas dan sepatu, pikir nanti aja beli kacamatanya. Eh ternyata ada acara ini, jadi sangat terbantu.” Sina, demikian nama anak tersebut, ternyata sudah minus 4.

Ada pula anak usia sekitar 5 tahun  yang perlu mendapat koreksi mata karena bawaan lahir. “Waktu dia lahir, darah putihnya lebih banyak jadi itu berpengaruh ke penglihatannya”, ujar tim Essilor yang memeriksa mata anak tersebut. Beberapa anak mengaku kesulitan membaca dan hal itu berpengaruh kepada prestasi belajar, karenanya mereka sangat terbantu dengan adanya kegiatan ini.

Kami berharap, dunia ini tidak lagi terlihat buram bagi anak-anak Kalianyar. Dengan penglihatan yang lebih baik, kami percaya mereka selangkah lebih maju untuk masa depan yang lebih cerah.

Bermitra dengan

Sekolah dan sepatu bagi Reni dan Rumi

Staf dari Yayasan Pendar Pagi Riau pergi ke salah satu dusun di desa Teluk Kanidai untuk pertama kalinya pada tahun 2012. Kunjungan itu bertujuan untuk mengambil data tentang keluarga yang kurang mampu di dusun tersebut. Menariknya, kami kebingungan dengan bahasa daerah yang mereka gunakan sehari-hari yaitu bahasa Ocu. Walaupun demikian, hal itu tidak mematahkan semangat kami agar bisa mendapatkan data yang kami butuhkan.

Dalam kunjungan itu, kami bertemu dengan Bapak Saprudin waktu kami naik perahu pompong ke Teluk Kanidai. Beliau melihat kami dan bertanya: “Dari mana dan ada keperluan apa di Teluk Kanidai?” Kami pun menjawab bahwa kami dari Yayasan Pendar Pagi Riau, datang untuk mengambil data keluarga yang kurang mampu di dusun ini dan untuk memberikan bantuan dana pendidikan bagi mereka. Melalui bantuan Bapak Saprudin, kami pun bisa mendapatkan data keluarga-keluarga lain yang kurang mampu di dusun tersebut.

Kami sempat dibawa ke rumah Bapak Saprudin. Kondisi rumahnya tidak layak untuk ditempati. Mereka sangat susah karena hanya mengandalkan Bapak Saprudin yang bekerja dengan menggunakan satu tangan. Tangan kirinya patah akibat kecelakaan motor. Tapi bapak ini tetap semangat mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya. Jumlah anaknya ada empat. Anak yang pertama tidak tamat SD, karna ketidakcukupan uang untuk membiayai sekolahnya. Dia memutuskan untuk berhenti sekolah dan membantu ayahnya mencari uang. Sedangkan anak yang nomor dua dan tiga tetap sekolah di kelas tiga dan empat SD, namanya Reni dan Rumi. Mereka juga mencari uang selepas sekolah, setidaknya untuk jajan mereka.

Karena itulah, kami melihat bahwa keluarga ini layak untuk mendapat bantuan pendidikan, yaitu berupa buku, alat-alat tulis dan sepatu. Keluarga ini sangat senang dan berterima kasih kepada YPP yang sudah membantu mereka.

Rumah kedua saya

Oleh Randi Sanjaya

Banyak manfaat belajar bahasa Inggris di English Zone

Saya resmi menjadi anggota English Zone (EZ) pada bulan Februari 2010. Waktu saya menjadi member EZ, masih banyak kemampuan bahasa Inggris yang harus saya perbaiki. Di EZ saya bertemu dengan beberapa pembicara yang baik, dari dalam dan luar Indonesia (orang lokal Indonesia dan orang asing) dan teman-teman baru yang ingin mengembangkan kemampuan mereka dalam berbahasa Inggris. Di EZ saya menikmati bertemu orang-orang baru, memiliki sahabat baru, dan acara special bulanan. Singkat cerita … di EZ, saya berkembang sebagai teman, pelajar, dan saudara. Saya sendiri tidak bisa mengatakan sudah berapa banyak EZ membantu dalam membentuk saya menjadi diri saya sekarang, dan saya berterima kasih untuk pembentukan itu. EZ menjadi base camp-nya orang-orang yang memiliki motivasi untuk belajar bahasa Inggris berkumpul.

Mampu berbahasa Inggris membuat kita menonjol, baik di perguruan tinggi, dalam kompetisi/perlombaan, di seminar maupun ketika bekerja. Kesempatan lainnya muncul ketika kita memiliki keterampilan itu. Dengan bahasa Inggris kita dapat mengakses dan memahami informasi lebih lanjut, berkomunikasi secara global, dan memiliki teman. Banyak anggota EZ telah ke luar negeri karena mereka dapat berbicara dalam bahasa Inggris dengan cukup baik dan mereka menikmati kemampuannya itu.

Secara pribadi, saya merasa beruntung mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris sewaktu saya masih kuliah. Saya bisa mengerti buku berbahasa Inggris, saya bisa menulis dan menyajikan tesis saya dalam bahasa Inggris, saya berhasil dalam kompetisi di lingkungan kampus karena presentasi saya menggunakan bahasa Inggris dan saya mendapatkan kesempatan magang dari salah satu perusahaan energi terbesar di dunia.

Manfaat yang saat ini membuat saya merasa sangat berterima kasih datang ke EZ adalah ketika saya lulus dari universitas dan menjadi pencari kerja. Karena tujuan saya adalah dapat bekerja di perusahaan multinasional, saya melamar ke beberapa perusahaan multinasional. Mampu berbahasa Inggris dalam wawancara adalah keuntungan, karena bahasa Inggris wajib dipergunakan di perusahaan. Saya baru saja melewati screening wawancara dari dua perusahaan multinasional dan melangkah ke depan untuk menghadapi proses penyaringan berikutnya.

EZ adalah rumah kedua saya dan selalu menjadi rumah saya.

Saya ingin sehat

Kesaksian oleh Ibu Haria

Nama saya Ibu Haria, saya berumur 39 tahun. Saya tinggal di desa Teluk Kanidai Dusun Satu. Saya menderita katarak sejak tahun 2012 dan sejak itu saya sulit bekerja dan sangat terbatas dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Hal ini juga berpengaruh pada keluarga saya karena mengurangi pendapatan keluarga. Biasanya saya bekerja di kebun dan juga menyadap getah pohon karet.

Cerita yang mengerikan

Saya pernah mendengar kalau katarak bisa disembuhkan dengan operasi. Tetapi banyak cerita mengerikan yang beredar di desa seberang tentang operasi katarak. Kata mereka mata akan dikeluarkan dari tempatnya (cangkang) kemudian mata yang kelabu akan dikikis dengan pisau sampai kelabunya hilang. Setelah itu mata dibersihkan dengan air dan dikembalikan ke tempat semula (cangkangnya). Ada pula yang mengatakan, sebelum mata dikembalikan, mata direndam lebih dulu kemudian digosok-gosok sampai bersih.

Cerita seperti itulah yang banyak saya dengar dan membuat saya trauma. Jadi saya pikir, biarlah saya tidak bisa melihat seperti ini daripada harus di operasi seperti itu. Bagi saya, operasi mata itu sangat menakutkan, membayangkannya saja saya sudah merinding. Pokoknya mengerikan sekali!

Mulai merasa aman

Tapi semuanya itu berubah sejak tim YPP datang ke rumah saya. Mereka menjelaskan tentang operasi katarak. Sama sekali tidak seperti yang saya dengar selama ini! Mereka meyakinkan saya bahwa operasi katarak adalah operasi kecil yang aman dan tidak menakutkan. Akhirnya, dengan bismillah, saya setuju dibantu oleh YPP untuk menjalani operasi katarak di RSUD Petala Bumi.

Sekarang, alhamdullilah, saya bisa melihat dengan jelas dan beraktifitas seperti biasanya. Saya kembali berkebun dan membantu suami menambah uang belanja. Terima kasih ya Allah! Terima kasih YPP!

Walau berbeda, justru berbakat

Menggali potensi di Sanggar Kreatif

“Kak, saya titip Septian ya. Orang-orang bilang dia autis, tapi sudah saya cek ke psikolog katanya baik-baik aja.” Demikianlah awalnya Septian bergabung dengan Sanggar Kreatif, diantar oleh ibunya.

Dari luar Septian tampak normal seperti anak-anak lain, perkembangan otaknya juga baik bahkan termasuk cukup cerdas. Namun kesulitannya dalam berkomunikasi dan menyampaikan perasaan membuat anak-anak lain enggan berteman dengannya.

Kini Septian telah bergabung dengan Sanggar Kreatif pelajaran menggambar di Kalianyar, Jakarta Barat. Dengan sukacita dia mengikuti setiap kelas, dia tidak pernah terlambat dan selalu datang dalam setiap pertemuan.

“Memang dia suka menggambar Kak,” kata ibunya Septian. “Dia selalu minta saya ajarin gambar, tapi saya kan ga bisa. Makanya saya tanya-tanya di sekitar sini di mana ya ada yang ngajarin gambar. Eh, ketemu di tempat kakak. Alhamdulilah Septian bilang dia merasa nyaman dan suka.” Kami bersyukur karena anak-anak di sanggar berbesar hati dan dapat menerima Septian dengan baik. Mereka sering bercanda, walau terkadang perasaan sensitive Septian masih membuat anak-anak lain merasa dia agak berbeda.

Septian mewakili satu dari beberapa kasus anak berkebutuhan khusus dengan kondisi ekonomi terbatas yang YPP temui di daerah ini. Menangani anak berkebutuhan khusus memang membutuhkan lebih banyak kerja keras, namun YPP percaya setiap makhluk ciptaan Tuhan berhak mendapat kesempatan untuk dikasihi, berkembang dan mandiri.

Hari Rakyat Kalianyar 2015

BERITA | Hari Rakyat 29 November 2015

Kegiatan “Hari Rakyat Kalianyar” adalah acara tahunan yang melibatkan masyarakat Kalianyar secara lebih luas. Pada tahun 2015, diadakan pada hari minggu 29 November dimulai pada pukul 3-6 sore dengan tema “pendidikan” yang melibatkan kurang lebih 20 sukarelawan yang datang dari masyarakat lokal maupun dari luar Kalianyar. Adapun kegiatan yang di lakukan adalah: lomba mewarnai dalam 2 kategori, cerdas cermat untuk kelas 4-6 SD, kampanye pendidikan, pungut sampah bersama oleh anak-anak sekitar dan lomba masak bapak-bapak yang menutup seluruh rangkaian acara.

Pendidikan membuka pintu

Salah satu hal yang di sampaikan oleh Pak Stuart dalam kampanye pendidikan adalah “lulusan SD memiliki pengahasilan yang lebih kecil dibandingkan dengan lulusan SMP, dan lulusan SMA memiliki pemasukan yang lebih rendah dengan orang yang lulus sarjana”. Hal ini di sampaikan untuk merangsang warga tentang betapa pentingnya pendidikan formal. Selain itu, melalui acara ini juga kami ingin menyampaikan tentang pentingnya anak mengikuti pendidikan informal untuk memperlengkapi mereka secara skill. Ibu dari seorang anak bernama Raja yang menjadi juara 1 di lomba cerdas cermat berkomentar, “Raja itu anaknya pintar, tapi suka malu kalo tampil. Insya Allah saya akan sekolahin sebisa saya” .

Memperhatikan lingkungan, membangun persamaan

Pelajaran penting lain yang kami sampaikan adalah tentang cinta akan lingkungan yang bersih dengan mengajak anak-anak untuk memungut sampah bersama-sama sepanjang Jl. Kalianyar 8 sampai area pasar Kalianyar. Salah seorang warga berkata “bagus, ajar anak-anak untuk bisa pungut sampah. Jadi mereka bisa belajar tentang kebersihan, gak buang sampah sembarangan”.

 Acara lomba masak nasi goreng menjadi kegiatan yang sangat seru. Biasanya yang memasak adalah ibu-ibu, tetapi di kesempatan ini kami mengajak para bapak untuk menunjukkan kemampuan mereka. Beberapa dari mereka mengikuti lomba memasak, yaitu membuat nasi goreng yang sehat dan enak. Pak Yoyo adalah warga yang menjadi juara di lomba ini. Nasi goreng buatannya di komentari oleh Ibu Kafiah, Ketua RT 09: “Nasinya enak juga yah dan penampilannya oke. Nggak nyangka bapak-bapak juga bisa masak yah, hehehe”.

nasi goreng
anak-anak pungut sampah

Hasil masak nasi goreng bapak-bapak

Anak-anak sedang pungut sampah di jalan Kalianyar

Belajar kita Bu?

Cita-cita jadi mungkin dengan semangat belajar di desa

Desa Teluk Kanidai merupakan sebuah desa yang terletak di pingiran Kota Pekanbaru, masuk dalam wilayah Kabupaten Kampar. Di sana tumbuh puluhan anak-anak hingga remaja yang sangat membutuhkan perhatian dan motivasi tentang pentingnya pendidikan.

Dulu mereka tidak begitu tertarik dengan pendidikan karena menganggap kehidupan mereka tidak akan bisa berubah dengan sekolah. Bahkan orang tua mereka pun melarang anak-anaknya untuk sekolah, dengan pemikiran: “daripada sekolah, lebih baik bekerja sehingga lebih cepat menghasilkan uang”. Setahu mereka, perubahan kehidupan itu hanya dengan kerja keras seperti buruh dan berkebun.

Sekarang mulai ada perubahan. Sebagai contoh, ada seorang anak yang mempunyai cita-cita ingin jadi polisi. Anak ini sangat bersemangat untuk belajar. Setiap kali kami datang, anak ini berlari-lari mengejar dan bertanya: ”Belajar kita Bu?” Ibunya juga mendukung dia; terkadang sang Ibu duduk menunggu dia belajar, bahkan membantu kami.

Setelah hadirnya program Kelompok Senang Belajar dari YPP di desa ini, orang tua lebih termotivasi untuk menyekolahkan anak-anaknya. YPP berharap bisa lebih membantu mereka, untuk berpikir maju tentang pendidikan. Sekarang mereka sudah lebih memperhatikan pendidikan anak mereka, karena mereka tahu anak-anak adalah pewaris untuk mengembangkan Desa Teluk Kanidai ke masa depan yang lebih baik.